PROTEIN SEL TUNGGAL
Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini cenderung
mengarah ke jalur bioteknologi, sangat banyak aspek yang berkembang di jalur
ilmu yang satu ini. Seolah-olah menjadi sebuah trend yang sangat menarik di
jaman ini.
Bioteknologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajarai tentang pemanfaatan makhluk hidup rekayasa genetik untuk keperluan
hidup manusia. Saat ini trend pemanfaatan mekhluk rekayasa genetik ini
cenderung terpusat pada mikroorganisme, karena mikroorganisme merupakan mahkluk
berjasad renik yang memiliki waktu hidup yang relatif singkat, sehingga dapat
dengan mudah diperoleh biomassa yang besar dan cara pengontrolan mikroba yang
mudah.
Sangat banyak sekali pemanfaatan mikroba di dunia
industri kecil maupun besar, salah satunya adalah produksi protein sel tunggal
yang potensial dijadikan lahan bisnis.
Protein sel
tunggal adalah bahan makanan berkadar protein tinggi yang berasal dari mikroba.
Istilah protein sel tunggal (PST) digunakan untuk membedakan bahwa PST berasal
dari organisme bersel tunggal atau banyak. Pemanfaatan mikroorganisme sehingga
mengahasilkan makanan berprotein tinggi secara komersial dimulai sejak Perang
Dunia I di Jerman dengan memproduksi khamir torula. Operasi utama dalam
produksi protein sel tunggal adalah fermentasi yang bertujuan mengoptimalkan
konversi substrat menjadi massa microbial.
Kecemasan akan kekurangan pangan dan malnutrisi di dunia pada tahun 1970-an telah meningkatkan perhatian pada sel tunggal. Sebagian besar dari bobot kering sel dari hampir semua spesies memiliki kandungan protein yang tinggi. Oleh karena itu, bobot kering sel tunggal memiliki nilai gizi yang tinggi.
Kecemasan akan kekurangan pangan dan malnutrisi di dunia pada tahun 1970-an telah meningkatkan perhatian pada sel tunggal. Sebagian besar dari bobot kering sel dari hampir semua spesies memiliki kandungan protein yang tinggi. Oleh karena itu, bobot kering sel tunggal memiliki nilai gizi yang tinggi.
Pengertian Protein Sel Tunggal
Protein sel tunggal adalah seluruh bahan-bahan protein
yang berasal dari mikroorganisme seperti ganggang, bakteri, ragi, kapang dan
jamur tinggi yang ditumbuhkan dalam kultur skala besar. Protein ini dipakai
untuk konsumsi manusia atau hewan. Produksi protein sel tunggal juga berisi bahan nutrisi lain, seperti
karbohidrat, lemak, vitamin mineral dan senyawa nitrogen nonprotein. Penerapan
bioteknologi pada industri ini adalah bagaimana cara menghasilkan
mikroorganisme dalam jumlah besar untuk digunakan sebagai sumber protein.
Mikroorganisme yang dibiakkan untuk protein sel tunggal dan digunakan sebagai sumber
protein untuk hewan atau pangan harus mendapat perhatian secara khusus.
Mikroorganisme yang cocok antara lain memiliki sifat tidak menyebabkan penyakit
terhadap tanaman, hewan, dan manusia. Selain itu, nilai gizinya baik, dapat
digunakan sebagai bahan pangan atau pakan, tidak mengandung bahan beracun serta
biaya produk yang dibutuhkan rendah. Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai
protein sel tunggal, antara lain alga Chlorella, Spirulina, dan Scenedesmus;
dari khamir Candida utylis; dari kapang berfilamen Fusarium
gramineaum; maupun dari bakteri.
Protein sel
tunggal yang berasal dari kapang berfilamen disebut mikroprotein. Di Amerika
Serikat, mikroprotein telah diproduksi secara komersial bernama quorn. Quorn
dibuat dengan cara menanam kapang ditempat peragian yang berukuran besar.
Setelah membuang air dari tempat peragian, makanan berharga yang tertinggal
dicetak menjadi balok-balok yang mudah dibawa.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dalam bidang fisiologi, nutrisi, dan genetika mikroba telah
banyak memperbaiki metode untuk menghasilkan protein sel tunggal dari berbagai
macam mikroba dan bahan mentah.
Perkembangan Protein Sel Tunggal
Mengkonsumsi mikroba sebagai bagian makanan manusia
bukan peristiwa baru. Sejak zaman purba, penduduk telah memakannya dalam bentuk
lain. Misalnya, sel ragi yang merupakan komponen dalam adonan roti; bakteri
asam laktat terkandung dalam keju; susu yang di fermentasi seperti yoghurt; dan
saus yang difermentasi; dan kapang yakni bahan yang digunakan untuk membuat
makanan dari kedelai dan ikan yang diragikan seperti tempe, oncom, dan pindang.
Teknologi modern untuk membuat protein sel tunggal
berasal dari tahun 1879 di Inggris, diperkenalkannya adonan yang dianginkan
untuk membuat ragi roti ( Saccharomyces cerevisiae ). Semasa Perang
Dunia I di Jerman, ragi roti dihasilkan untuk konsumsi sebagai tambahan protein
penduduk. Molasse ( tetes ) dipakai sebagai sumber karbon dan energi untuk
membiakkan ragi, sedangkan garam amonium dipakai sebagai sumber nitrogen.
Pada tahun-tahun lebih akhir, kemajuan ilmu pengetahuan
dalam bidang fisiologi, nutrisi dan genetika mikroba telah banyak memperbaiki
metoda untuk menghasilkan protein sel tunggal dari berbagai macam mikroba dan
bahan mentah. Umpamanya, bakteri dengan kandungan protein yang tinggi sampai 72
persen atau lebih dapat dihasilkan terus menerus dengan menggunakan metanol
sebagai bahan mentah, dan mikrobanya berupa ragi yang dibiakkan dalam media
yang kadar selnya tinggi sekali, sehingga ini dapat mengurangi biaya energi
untuk pengeringan.
Faktor Pendukung Perkembangbiakan Protein Sel
Tunggal
Produk protein
sel tunggal sangat bergantung pada perkembangbiakan skala besar dari
mikroorganisme tertentu yang diikuti dengan proses pendewasaan dan pengolahan
menjadi bahan pangan. Ada dua factor pendukug pengembangbiakan mikroorganisme
untuk protein sel tunggal, yaitu:
a. Laju pertumbuhan sangat cepat jika
dibandingkan dengan sel tanaman atau sel hewan dan waktu yang diperlukan untuk
penggandaan relatif singkat;
b.
Berbagai
macam substrat yang digunakan bergantung pada jenis mikroorganisme yang
digunakan.
Langkah-langkah Produksi Protein Sel Tunggal
Langkah-langkah
produksi protein sel tunggal sebagai berikut.
b. Penyiapan media yang cocok dan mengandung sumber karbon, sumber nitrogen, fosfor, dan unsur-unsur lain yang penting
c. Pencegahan kontaminasi media
d. Pembiakan mikroorganisme yang diperlukan
e. Pemisahan biomassa microbial dari cairan fermentasi
f. Penanganan lanjut biomassa
Produksi Protein Sel Tunggal
Mikroba yang berfotosintesis dan yang tidak berfotosintesis
dapat sama-sama dipakai untuk memproduksi protein sel tunggal. Sekurangnya
mikroba ini memerlukan sumber karbon dan energi, sumber nitrogen, dan suplai
unsur nutrisi lain, seperti fosfor, sulfur, besi, kalsium, magnesium, mangan,
natrium, kalium dan unsur jarang, untuk tumbuh dalam lingkungan air. Beberapa
mikroba tidak dapat mensintesa asam amino, vitamin, dan kandungan seluler lain
dari sumber karbon dan nitrogen sederhana. Dalam hal demikian, bahan-bahan
tersebut harus juga disuplai agar mereka bias tumbuh.
Mikroba yang berfotosintesis
Ganggang dan bakteri tergolong mikroba berfotosintesis yang
digunakan untuk memproduksi protein sel tunggal. Pertumbuhan berfotosintesis
ganggang yang diingikan, seperti Chlorella, Scenedesmus, dan Spirulina
(pada Tabel), adalah menurut reaksi sebagai berikut :
Tabel proses pilihan untuk membuat protein
sel tunggal pada ganggang
Organisme
|
Bahan Mentah
|
Produksi
|
Produsen atau Pengembang
|
Chlorella
sp.
|
CO₂
(dengan foto-2 sintesa); sirup tebu, tetes (non-fotosintesa)
|
2 metrik ton/hari
|
Taiwan Chlorella Manufacture Co. Ltd, Taipei
|
Scenedesmus
acutus
|
CO₂,
urea (dengan fotosintesa)
|
20mg/m2/hari
|
Central Food Technological Research Institute,
mysore, India
|
Spirulina
maxima
|
CO₂,
atau NaHCO3 (dengan fotosintesa)
|
320 metrik ton/tahun
|
Sosa Texcoco, SA, Mexico City
|
Bakteri
yang berfotosintesis digunakan untuk menghasilkan protein sel tunggal ialah
seperti bakteri dari genus Rhodopseudomnas, dan ini dapat pula
ditumbuhkan dalam air buangan kota atau limbah industri. Di Jepang dan hasilnya
digunakan sebagai pakan
ternak. Bakteri ini ditumbuhkan dalam kultur campuran dengan bakteri nitrogen
dan bakteri lain yang hidup aerobis. Kultur ini harus disuplai dengan bahan
organik sebagai sumber karbon dan energi. Mereka tidak akan dapat tumbuh
mengandalkan CO₂ dan
cahaya, seperti dapat dilakuakan oleh ganggang. Kepadatan kultur bakteri adalah
sekitar 1 sampai 2 gram bahan kering tiap liter.
Mikroba tidak berfotosintesa
Mikroba tidak
berfotosintesa yang dibiakkan untuk memproduksi protein sel tunggal ialah
seperti bakteri, kapang, ragi, dan jenis jamur lain. Mikroba ini hidup
aerobosis dan karena itu harus cukup suplai oksigen agar bisa tumbuh
karena termasuk karbon organis dan sumber
energi. Selain itu juga merupakan sumber nitrogen, fosfor, sulfur, dan unsur
mineral, yang sebelumnya disebut-sebut hanya diperlukan untuk pertumbuhan
ganggang.
|
a.
Bakteri
Banyak spesies bakteri yang baik untuk
memproduksi protein sel tunggal. Salah satu ciri bakteri yang cocok untuk ini
ialah tumbuhnya cepat, waktu berbiakannya pendek, masa selnya kebanyakan dapat
jadi dua kali lipat dalam waktu 20 menit sampai 2 jam. Sebagai bandingan, waktu
berbiak ragi adalah 2 sampai 3 jam, dan kapang serta jamur tinggi 4 sampai 16
jam.
Bakteri juga dapat tumbuh pada berbagai
bahan mentah, mulai dari karbohidrat seperti pati dan gula, sampai hidrokarbon
dalam bentuk gas atau cairan seperti metan dan fraksi minyak bumi, sampai pada
petrokimia seperti metanol dan etanol. Sumber nitrogen yang baik bagi
pertumbuhan bakteri ialah seperti amonia, garam aminium, urea nitrat, dan
nitrogen organik dalam limbah. Harus ada tambahan bahan mineral ditambahkan ke
dalam pembiakan, agar bahan nutrisi dapat menutupi kekurangan yang dalam air
alami mungkin kadarnya tidak cukup menunjang pertumbuhan.
Spesies bakteri yang tampaknya lebih
banyak memproduksi protein sel tunggal, paling baik tumbuh dalam media yang
sedikit asam netral, dengan pH 5 smpai 7. Bakteri itu juga harus dapat toleran
terhadap suhu dalam rentang 35 sampai 45° C, karena panas dilepaskan selama
bakteri itu tumbuh. Pembiakan harus dijaga agar selalu dingin, karena
fermentasi disini perlu suhu rendah. Spesies bakteri tak dapat digunakan untuk
memproduksi protein sel tunggal, jika itu bersifat patogen bagi tumbuhan,
hewan, atau manusia.
Menjaga agar suasana steril selama
memproduksi protein sel tunggal, sangat penting, karena mikroba pencemar akan
tumbuh sangat cepat dalam media kultur. Udara masuk, media bahan nutrisi dan
alat fermentasi, harus disterilkan dalam seluruh proses protein sel tunggal
dalam bakteri. Suasana steril pun harus terus dijaga selama seluruh kegiatan
produksi.
b.
Ragi
Ragi dapat ditumbuhkan pada
beberapa macam substrat, meliputi karbohidrat, baik yang kompleks seperti pati,
maupun sederhana seperti gula glukosa, suklrosa, dan laktosa. Dapat pula
dipakai bahan mentah yang mengandung gula seperti sirup gula, tetes, dan air
diadih keju. Beberapa ragi dapat tumbuh pada karbohidrat rantai lurus, yang
dapat bersumber dari minyak bumu; dapat juga tumbuh pada etanolatau metanol.
Selain itu
sumber karbon, sumber nitrogen diperlukan pula. Nitrogen diperoleh dengan
menambahkan amonia atau garam amonium ke media kultur. Bahan mineral juga perlu
sebagai tambahan.
Kebutuhan
untuk memproduksi protein sel tunggal oleh ragi sama dengan yang diuraikan
untuk memproduksinya oleh baktetri. Ragi harus memiliki waktu tumbuh sekitar 2
sampai 3 jam. Ia juga harus toleran terhadap pH dan suhu. Secara genetis juga
harus stabil, sehingga hasilnya memuaskan. Tidak pula menyebabkan penyakit pada
tumbuhan, hewan, atau manusia.
Fermentasi ragi dapat beroperasi dalam sistem adonan
atau sistem kontinyu atau dengan cara yang disebut “adonan yang disuplai bahan
nutrisi”. Ragi memiliki keuntungan dibandingkan dengan bakteri untuk memproduksi
protein sel tunggal. Salah satu diantaranya, karena ragi toleran terhadap
lingkungan yang lebih asam, dengan pH berkisar antara 3,5 dan 4,5 bukan agak
netral seperti yang diperlukan bakteri. Akibatnya, proses ragi dapat
berlangsung dalam media bersih tanpa harus steril, pada pH 4,0 sampai 4,5. ini
karena kebanyakan
bakteri pencemar tak dapat tumbuh dengan baik dalam media asam ini.
Produksi protein sel tunggal pada ragi tergantung
pada dipenuhinya kebutuhan oksigen kultur yang sedang tumbuh.
Candida utilis, yang dikenal sebagai ragi torula dan digunakan
untuk tambahan pakan ternak dan konsumsi manusia, dibuat dari bahan mentah yang
beraneka macam. Diantaranya adalah etanol, cairan limbah sulfit dari pabrik
kertas, hidrokarbon berupa parafin normal, dan air dadih keju. Pure Culture Products
Division of Hercules, Inc., memiliki pabrik protein tunggal dalam C. Ultis
di Hutchinson, Minessota. Pabrik itu berkapasitas 6.800 ton setahun.
Pabrik itu dioperasikan dengan sistem
kontinyu dan dalam suasana steril. Sebagai sumber energi dan karbon digunakan
etanol. Sel ragi diangkat terus-menerus, dicuci, dan dikeringkan dengan
semprotan. Produk ini dipakai untuk makanan. Selanjutnya dapat diproses untuk
menghasilkan bumbu penyedap. Hasil biasasekitar 0,7 metrik ton ragi kering
untuk tiap metrik ton etanol yang terpakai. Kandungan protein produk itu
berkisar antara 50 dan 55 persen.
Pabrik berskala komersial di Amerika Serikat dan
Eropa juga menghasilkan C. Ultis dari cairan limbah sulfit. Dalam proses yang
biasa, cairan sulfit, yang mengandung campuran gula, dibubuhi kapur. Lalu
dididihkan secara terbuka untuk membua sulfur dioksida, sulfit, dan senyawa
sulfur lain yang dapat menghambat pertumbuhan ragi. Perngoperasian harus dalam
suasana bersih tapi tak perlu steril, seperti diuraikan sebelumnya. Produk
diambil dengan sentrifugal, lalu dicuci dan dikeringkan.
Dari cairan sulfit dapat diperoleh produk
untuk makanan manusia atau pakan ternak, tergantung pada sistem proses dan
kontrol kualitas produk yang diberlakukan.
c.
Kapang dan Jamur Tinggi
Produksi protein sel tunggal pada
kapang sekarang ini memakai metoda yang sama dengan yang dipakai untuk membuat
bahan sama pada ragi. Gula sederhana atau bahan mentah yang mengandungnya cocok
sebagai substrat bagi berbagai macam kapang. Konsentrasi karbohidrat dalam
media biakan biasanya sekitar 10 persen. Sebagai sumber nitrogen dan
tambahan mineral yang dimasukkan kedalam media, biasa dipakai amonia atau garam
amonium. Angka pertumbuhan kapang dan jamur tinggi. Waktu tumbuh mereka
antara 4 sampai 16 jam, biasanya lebih rendah daripada bakteri dan ragi. Kapang
dan jamur tinggi tumbuh subur pada suhu 25 sampai 360C dan pada pH
3,0 samapai 7,0. Namun kebanyakan ditanam pada pH dibawah 5,0. Ini perlu untuk
mengurangi sebanyak mungkin pencemaran bakteri.
2.1
Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan
Mikroorganisme Sebagai Sumber Protein Sel Tunggal
Penggunaa mikroorganisme sebagai sumber protein memberikan banyak
keuntunga diantaranya sebagai berikut:
a. Kadar protein yang di hasilkan lebih
tinggi di bandingkan protein yang berasal dari kedelai dan hewan
b. Mikroorganisme memiliki masa
pertumbuhan yang cepat, sehingga proses produksinya juga berlangsung cepat dan
dapat di hasilkan dalam jumlah besar.
c. Produksi PST tidak bergantung iklim dan
musim
d. Biaya yang di keluarkan untuk proses
produksinya tidak besar, karena medium yang digunakan untuk mikroorganisme
kebanyakan berasal dari limbah.
Selain memiliki keuntungan,
penggunaan mikroorganisme sebagai sumber protein juga memiliki kelemahan
diantaranya yaitu:
a.
Adanya dinding sel yang mengandung selulosa yang
merupakan bahan yang sulit di cerna manusia.
b.
Adanya kandungan asam nukleat yang cukup tinggi. Asam
nukleat juga sulit di cerna sehingga dapat menyebabkan terjadinya asam urat.
2.2
Nilai Ekonomi Produksi Protein Sel Tunggal
Faktor
yang mempengaruhi kelayakan produksi protein sel tunggal dari segi ekonomi
meliputi:
a.
Biaya mendirikan fasilitas produksi.
b.
Biaya mnyediakan bahan mentah, energi tenaga kerja,
pemeliharaan, penanggulangan limbah, dan turunnya harga tahunan.
c.
Jauhnya letak pabrik dari pemasok bahan mentah serta
untuk pemasaran produk.
Pada pertengahan
tahun 1970-an biaya untuk memproduksi protein sel tunggal untk makanan dengan
menggunakan bahan mentah metanol, berkisar anatara $ 660 sampai $ 1.000 per
metrik ton kapasitas tahunan bagi pabrik yang memproduksi 50.000 sampai 100.000
metrik ton per tahun.
Perluasan
pasar untuk produk protein sel tunggal sebagai makanan ternak tergantung pada
harga produk dan bagaimana efisiennya meningkatkan pertumbuhan ayam broiler,
banyak ayam dan kalkun bertelur, serta pertumbuhan babi, dibandingkan dengan
yang ditampilkan oleh protein alam untuk makanan ternak sekarang ini, seperti
kedelai dan ikan.
Kelezatan dan tekstur, sebagai tambahan terhadap nilai nutrisinya
merupakan penentu yang penting untuk dapatnya protein sel tunggal dijjadikan
makana manusia. Pada masa ini, pemasaran utama produk untuk manusia ialah
sebagai bumbu penyedap atau untuk meragikan bahan makanan. Seperti, derivat
protein ragi telah digunakan sebagai penyedap makana sejak lama. Seperti ragi
torula yang ditambahkan ketika mengolah daging membuatnya jadi labih gurih. Dan
ragi roti, tentu saja, dipakai untuk membuat roti dan produk peragian lain.
Selain itu, produk baru protein sel tunggal lain haruslah memenuhi persyaratan
yang disebutkan dalam peraturan yang dikeluarkan badan pemerintah, sebelum
dapat dipasarkan untuk makanan manusia atau hewan.
makasih ya dik.......
BalasHapusblognya bagus
BalasHapus