1. Media
Pembelajaran
1.1 Pengertian Media
Menurut Daryanto, (2011) kata media merupakan
bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat di definisikan sebagai perantara
atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al.,
2002; Ibrahim, 1997; et.al., 2001). Media merupakan salah satu
komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju
komunikan (Criticos, 1996).
Kata media berasal dari bahasa Latin, yang
bentuk tunggalnya adalah medium. (Daryanto, 2011: 4). Sedangkan menurut Yudhi
Munadi (2010), kata media berasal dari Bahasa Latin, yakni medius yang
secara harfihnya berarti “tengah”, “pengantar”, atau “perantara”. Dalam Bahasa
Arab, media disebut wasail bentuk
jama’ dari wasilah yakni sinonim al-wasth yang artinya
juga “tengah”. Kata “tengah” itu sendiri berarti berada di antara dua sisi,
maka disebut juga sebagai “perantara” (wasilah) atau yang mengantarai
kedua sisi tersebut. Karena posisinya di tengah ia bisa juga disebut sebagai
pengantar atau penghubung, yakni yang mengantarkan atau menghubungkan atau
menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya. Jadi, media
pembelajaran dapat di pahami sebagai “Segala sesuatu yang dapat menyampaikan
dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan
belajar yang kondusif dimana penerimannya dapat melakukan proses belajar secara
efisien dan efektif”. Definisi ini sejalan dengan definisi yang diantaranya
disampaikan oleh Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association
of Education and Communication Technology/ AECT) di Amerika, yakni sebagai
segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/
informasi.
Sumber-sumber belajar selain guru yang disebut
sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang di adakan dan/atau di ciptakan
secara terencana oleh para guru atau pendidik, biasanya dikenal sebagai “Media
Pembelajaran”. (Daryanto, 2011: 4).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka
media merupakan sebuah komponen komunikasi sebagai perantara untuk menyampaikan
pesan atau informasi. Dalam istilah pendidikan, media berarti sumber belajar
selain orang (suatu benda) yang dapat menyalurkan informasi dari materi ajar.
1.2 Fungsi Media Pembelajaran
Analisis terhadap fungsi media pembelajaran ini
lebih difokuskan pada dua hal, yakni analisis fungsi yang di dasarkan pada
medianya dan didasarkan pada penggunanya. Pertama, analisis fungsi yang
didasarkan pada media terdapat tiga fungsi media pembelajaran, yakni:
a.
Media pembelajaran berfungsi sebagai sumber
belajar
Media pembelajaran adalah “bahasanya guru”.
Maka, untuk beberapa hal media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru,
terutama sebagai sumber belajar.
b.
Fungsi Semantik
Yakni kemampuan media dalam menambah
perbendaharaan kata (symbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar di
pahami anak didik (tidak verbalistik).
c.
Fungsi Manipulatif
Fungsi manipulative ini didasarkan pada
ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya. Berdasarkan karakteristik umum
ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu
dan mengatasi keterbatasan inderawi.
Kedua, analisis fungsi yang didasarkan pada
penggunanya (anak didik), terdapat dua fungsi, yakni:
a.
Fungsi Psikologis, yang terdiri dari:
1)
Fungsi Atensi
2)
Fungsi Afektif
3)
Fungsi Kognitif
4)
Fungsi Imajinatif, dan
5)
Fungsi Motivasi
b.
Fungsi sosio-kultural
(Yudhi
Munadi, 2010)
2. Media
Video
Video merupakan suatu medium yang sangat
efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran masal,
individual, maupun berkelompok. Pada pembelajaran yang bersifat masal (mass
instruction), manfaat kaset video sangat nyata. Dapat anda bayangkan
mengajar 100 orang siswa dalam suatu ruangan besar, hanya dengan bantuan kapur
dan papan tulis? Visualisasi ataupun tulisan pada papan tulis ukurannya tetap,
tidak dapat diperbesar ataupun diperkecil. Akan tetapi, ukuran tampilan video
sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, yaitu dengan jarak
antara layar dan alat pemutar kaset. (Daryanto, 2011: 79)
Video juga merupakan bahan ajar noncetak yang
kaya informasi dan tuntas karena dapat sampai ke hadapan siswa secara langsung.
Di samping itu, video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran. Hal
ini karena karakteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak
pada siswa, di samping suara yang menyertainya. Tingkat retensi (daya serap dan
daya ingat) siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat secara signifikan
jika proses pemerolehan informasi awalnya lebih besar melalui indra pendengaran
dan penglihatan. (Daryanto, 2011: 79)
Materi yang memerlukan visualisasi seperti
mendemonstrasikan hal-hal seperti gerakan motorik tertentu, ekspresi wajah,
ataupun suasana lingkungan tertentu adalah paling baik disajikan melalui
pemanfaatan teknologi video. Fenomena perubahan kepompong menjadi kupu-kupu,
akan terlihat detail dan dramatis kalau hal itudivisualisaikan lewat teknologi
video. (Daryanto, 2011: 80)
Terlepas dari keuntungan-keuntungan tersebut,
video juga mempunyai kelemahan-kelemahan, sebagai berikut:
1. Fine
details
Tidak
dapat menampilkan obyek sampai sekecil-kecilnya dengan sempurna.
2. Size
information
Video
tidak dapat menampilkan obyek dengan ukuran yang sebenarnya.
3. Third
dimention
Gambar
yang diproyeksikan oleh video berbentuk dua dimensi. Untuk tampak seperti tiga
dimensi dapat diatasi dengan mengatur pengambilan gambar, letak property, atau
pengaturan cahaya.
4. Opposition
Pengambilan
yang kurang tepat dapat menyebabkan timbulnya keraguan penonton dalam
menafsirkan gambar yang dilihatnya.
5. Setting
Penulis
naskah harus menuliskan dalam naskahnya dimana kejadian itu berlangsung atau
obyek itu berada.
6. Material
pendukung
Video
membutuhkan alat proyeksi untuk dapat menampilkan gambar yang ada di dalamnya.
7. Budget
Untuk
membuat program video membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
(Daryanto,
2011: 81-82)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar